Strategi Gabungan Social Proof dan Placebo Effect dalam Strategi Marketing

Di jaman digital kala ini, psikologi pemasaran memainkan peran kunci dalam langkah bisnis, lebih-lebih dalam sadar dan pengaruhi ketentuan konsumen.

Apakah Anda pernah terbujuk untuk coba restoran baru karena antrean panjangnya atau mengunduh aplikasi berdasarkan wejangan teman? Jika iya, itu adalah hasil dari dampak psikologi pemasaran.

Psikologi Pemasaran dan Pemanfaatan Media Sosial

Psikologi pemasaran adalah pengetahuan yang mempelajari bagaimana costumer berpikir, menginginkan, dan melakukan tindakan dalam sistem pembelian.

Penggunaan langkah ini tidak cuma berpengaruh dalam menambah tabiat berbelanja konsumen, namun termasuk dalam sadar dinamika pasar yang konsisten berubah.

Alfan (2019) menjelaskan bahwa psikologi pemasaran punya andil besar dikala costumer memperhitungkan ketentuan berbelanja.

Hal ini dibuktikan dikala fasilitas sosial dijadikan platform utama untuk penerapan psikologi pemasaran. Kemudahan akses dan jangkauan luas, menjadikan fasilitas sosial sebagai alat pemasaran yang ampuh     bagi perusahaan untuk pengaruhi dan menarik pelanggan baru.

Di jaman 5.0, integrasi pada fasilitas sosial dan psikologi pemasaran kini jadi lebih strategis dan dinamis.

Contoh Nyata Dalam Tren Media Sosial

Salah satu bukti dari dampak ini dapat dicermati dari tren fasilitas sosial, seperti TikTok. Sebagai contoh, baru-baru ini keluar tren yang mengangkat pemanfaatan ‘air bulan purnama’ sebagai solusi ajaib untuk menanggulangi jerawat.

Tren ini dengan cepat menyebar yang mengakibatkan banyak pengguna mengikuti dan berbagi hasil pengalaman mereka coba tren tersebut.

Namun, tren ini termasuk dengan cepat memudar dikala ada yang menyatakan tidak terdapatnya dampak nyata dari air berikut – sebuah fenomena yang dikenal sebagai Social Proof.

Konsep Sosial Proof dan Placebo Effect

Professor Robert Cialdini (1984) dalam bidang psikologi dan pemasaran menyatakan bahwa individu kerap kali perlu opini orang lain sebelum akan memilih tindakan mereka.

Social Proof berjalan dikala individu mengikuti apa yang dilakukan orang lain, lebih-lebih terkecuali tabiat berikut di dukung oleh bukti dari orang yang dipercaya.

Populix (2021) termasuk menjelaskan bahwa Social Proof adalah kecenderungan mengikuti tabiat orang lain, lebih-lebih yang punya bukti nyata dan dilakukan oleh seseorang yang dikenal.

Sementara itu, dampak Placebo berjalan dikala sugesti menciptakan dampak berdasarkan kemampuan pikiran, walau product yang digunakan mungkin tidak punya dampak nyata.

Otak manusia condong tertarik pada cerita atau narasi yang menarik, supaya narasi yang teliti sebabkan dampak Placebo jadi kuat dan menjadi nyata.

Faktor ini termasuk berperan dalam sebabkan seseorang risau dapat tertinggal suatu tren (FOMO), menambah mungkin terjadinya Social Proof kala tren terkenal di fasilitas sosial.

Membangun Narasi dan Memberikan Bukti Sosial: Sebuah Strategi Pemasaran

Akhirnya, di dunia pemasaran cerita yang teliti dan emosional condong menambah dampak Placebo. Manusia, yang secara alami tidak inginkan ketinggalan, mudah terbujuk oleh Social Proof, lebih-lebih dalam skala besar.

Merek besar kerap pakai ini untuk membangun cerita dan menampilkan banyak Social Proof, supaya menguatkan dampak Placebo.

Seperti pemanfaatan Nike yang sebabkan kami menjadi lebih gesit, atau Smartwatch yang beri tambahan kesan futuristik. Intinya, pemasar pakai langkah ini untuk menciptakan versi terbaik dari costumer yang menolong mereka, kala manusia adalah product dari asumsi mereka sendiri.

Kesimpulan

Dalam konteks ini, mengkombinasikan Social Proof dan Placebo Effect dalam langkah pemasaran, lebih-lebih di jaman digital, dapat jadi pendekatan yang efektif.

Strategi ini, sering diterapkan oleh team digital agency Jakarta dari idenyaflux, dan hasilnya cukup memuaskan.

Pemahaman ini amat penting bagi para praktisi pemasaran untuk menciptakan langkah yang tidak cuma menarik perhatian konsumen, namun termasuk membentuk persepsi dan tradisi jangka panjang.

***

Populix. (2021). Mengenal Apa Itu Impulse Buying, Faktor Pemicu, dan Tipsnya. populix.co/articles/. 2024, https://info.populix.co/articles/

Cialdini, R. B. (2021). Influence, new and expanded: The Psychology of Persuasion. Harper Business, an imprint of HarperCollins Publishers.

Alfan, A. C. (2019). Karakteristik Dan Psikologi costumer pada Keputusan Pembelian Kembali Produk lewat e-commerce. BALANCE: Economic, Business, Management and Accounting Journal, 16(1). https://doi.org/10.30651/blc.v16i1.2452